Hobi

AKU DAN MENJAHIT


Sebetulnya tulisan ini sudah lama aku persiapkan. Tapi untuk meng-uploadnya ke dalam blog saya, saya masih ragu-ragu. Mungkin anda akan bertanya: “Kenapa begitu?”

Soalnya starting point yang saya ambil bukan starting point beneran, tapi yang di tengah-tengah. Untuk memulai dengan starting point beneran aku terpaksa harus lama mempertimbangkannya. Bisa-bisa aku ditertawakan pembaca, karena mereka pasti akan berkomentar: “Oh rupanya pak dokter waktu kecil kaga beda dengan anak gelandangan ya?”.

Tapi entah kenapa, tadi malam tiba-tiba terlintas di benak saya akan isi sumpah yang harus diikrarkan seorang saksi di pengadilan negara Paman Sam, yaitu “to tell the truth, the whole truth, and nothing but the truth!”

Jadi kalo saya cuma “tell the truth, but only part of the truth” dan ketauan pembaca, mereka pasti bakal sebel dan ogah membuka blog saya lagi.

Jadi terpaksa saya bercerita secara terus terang tentang hobi menjahit saya secara menyeluruh, mulai dari awalnya, tanpa ada yang disembunyikan.

Nah, beginilah awal mula ceritanya. Tapi janji kaga bakal ngetawain ya!


Waktu masih di Lagere School, baju saya cuma ada 3 pasang. Jadi terpaksa setiap pasang dipake selama 2 hari berturut-turut. Ya untuk sekolah, ya untuk maen, ya untuk tidur. Waktu itu tak ada aturan untuk pake baju seragam. Tapi mungkin ada hikmahnya, sehingga kalo terjadi perselisihan antara seorang murid dari satu sekolah dengan murid dari sekolah lain, maka perkelahian yang bisa terjadi adalah “each man (atau each child?) for himself”. Tidak pernah ada tawuran masal.

Eh, kok jadi menyimpang dari pokok persoalan!

Dengan pola pemakaian seperti itu, tidak mengherankan apabila pakaian saya cepat aus. Begitu ada yang robek, ibu saya memperbaikinya dengan cara menisiknya. Tak pernah terlintas di benak saya untuk minta dibeliin baju baru. Tapi karena ibu saya hampir selalu sibuk membuat kue kering untuk dijual, aku tidak mau mengganggunya untuk hal-hal yang sepele. Jadi setiap ada robekan lagi, saya tisik sendiri. Hasilnya cukup lumayan, meskipun tak pernah serapih tisikan ibu saya.

Nah, itulah perkenalan pertama saya dengan benang dan jarum jahit.

Waktu pertama kali bertugas di daerah Sumatra Utara, saya dan istri saya menyempatkan diri untuk membeli mesin jahit Singer yang paling sederhana di Medan. Tidak terfikir untuk membeli yang lebih canggih, karena selain cuma untuk menjahit gorden dan seprei doang, juga karena nang hadong hepeng (bagi yang kaga ngerti, artinya: kaga punya duit!). Si mesin jahit itu hanya dipakai oleh istri saya, karena waktu itu saya merasa masih ‘ga ada kepentingan.

Namun keadaan ini berubah ketika pada tahun 1977 saya ditugaskan untuk meraih gelar MSc. di London School of Hygiene and Tropical Medicine yang biasa disingkat sebagai LSHTM. Bukan untuk mendalami Tropical Medicine, tapi untuk Occupational Hygiene yang sebetulnya dikhususkan bagi sarjana teknik saja.

Pada suatu hari Sabtu saya jalan-jalan di sekitar rumah pondokan saya di daerah Edgeware. Tiba-tiba perhatian saya tertarik pada outlet Singer setempat yang memasang reklame tentang produk barunya bernama Singer Futura, sebuah mesin jahit yang fully computerized. Harganya sih cukup tinggi yaitu ₤ 489,95 yang waktu itu hampir setara US $ 1.000.

Setelah berfikir sejenak apa saya dapat menyisihkan dana sebesar itu, saya putuskan untuk membelinya. Kan lumayan buat oleh-oleh untuk istri saya yang ketika itu tetap tinggal di tanah air dan mengurus ketiga anak saya yang masih kecil-kecil (yang paling kecil baru berumur 1 bulan ketika aku berangkat).

Dua minggu berlalu dan mesin jahit itu masih tetap berada dalam kemasannya. Meski pelajaran yang saya ikuti cukup asing bagi saya yang cuma bergelar dokter, tapi masih ada juga waktu yang terluang. Oleh karena itu timbul gagasan untuk memanfaatkan mesin jahit tersebut. But how?

Pengalaman menjahit cuma dengan jarum dan benang doang! Selebihnya di kamar operasi. Tapi di kamar operasi kan kaga pake mesin jahit?

Solusinya tiba ketika di sebuah Departement Store di pusat kota London ada tempat penjualan bahan pakaian dan pola pakaian.

Iseng-iseng ku hampiri nenek-nenek yang bertugas di bagian penjualannya. Dengan ramah si nenek memperlihatkan pola baju apa yang ada. Rupanya persediaannya sangat lengkap. Mau pola baju apa saja ada. Baik untuk anak-anak maupun dewasa.

Aku putuskan untuk membeli pola pantalon dan kemeja sesuai ukuran badan saya. Tak lupa juga untuk membeli gunting, kain yang diperlukan serta benangnya. Si nenek mengingatkan saya bahwa saya juga perlu membeli zipper, kancing serta alat untuk membelah lubang kancing. Setelah semua saya bayar secara cash, dengan sabar si nenek menjelaskan tentang cara memotong kain dan cara menjahitnya yang benar.

Namun ketika saya mau beranjak pulang, si nenek memanggil saya kembali. Dia minta maaf bahwa dia lupa mengingatkan saya untuk juga membeli kain keras untuk melapisi bagian-bagian tertentu dari baju dan pantalon. Karena dia merupakan sales person yang sangat baik, saya membeli 2 meter kain keras, meskipun menurut dia 1 meter saja lebih dari cukup.

Setibanya di rumah, mulailah saya menggunting bahan pantalon. Setelah tahap itu rampung, aku mulai menjahitnya. Karena “sok teu” tidak membaca petunjuk menjahitnya, terpaksa beberapa jahitan saya dedel kembali. Setelah mempelajari kembali petunjuknya, saya jahit kembali. Kali ini sesuai petunjuk.

Dua hari kemudian selesailah eksperimen pertama saya membuat pantalon. Setelah dicuci dan diseterika, pantalon itu saya kenakan.

Sesampainya di sekolah, kawan karib saya, seorang sarjana teknik berkebangsaan Iran, menyapa saya. Sejak awal saya sudah bisa menerka kebangsaannya karena tampangnya mirip sekali dengan Syah Pahlevi. Nama panggilannya di sekolah adalah Zargari, meskipun nama lengkapnya Godratullah Zargari.

Begitu melihat pantalon saya dia berkata: “What a nice pair of pants you have on. Tell me, where did you buy it?” Saya jelaskan bahwa saya membuatnya sendiri. Mendengar itu dia berkata: “Oh no! I cannot believe it! Tell me, is it really true?”

Setelah saya bisa meyakinkan bahwa ini betul-betul kreasi sendiri dia bertanya: “Can you make one for me? Of course, I’ll buy the nescessary materials.”

Jadi seusai kuliah kami berdua menuju ke Departement Store tempat saya belanja sebelumnya. Karena letaknya tak jauh dari LSHTM, kami cukup berjalan kaki.

Di sana dia milih bahan berwarna coklat muda, warna kesukaannya, benang dengan warna yang sesuai dan zipper. Juga pola pantalon sesuai ukuran badannya. Yang lain tidak perlu, karena persediaan saya masih cukup banyak.

Tiga hari kemudian pantalonnya selesai dijahit, dicuci dan diseterika. Ketika Zargari ku serahkan pantalon pesanannya dia berkata: “You are a good friend indeed! Thank you very much! I’ll show it to my wife when she arrives in London.” Aku cuma bisa menjawab: “I’m glad that a friend of mine is happy!”

Dengan demikian maka persahatan saya sama Zargari bertambah erat. Setelah istrinya datang ke London, aku sempat membuatkannya kaftan dari batik. Sayang setelah kami masing-masing kembali ke tanah air, kontak dengan dia terputus, karena timbul pergolakan di Iran untuk menurunkan Syah Pahlevi.

Di London aku sempat juga membuat jas, yang terus terang hasilnya kurang memuaskan. Sebelum kembali ke tanah air, aku memborong berbagai pola pakaian untuk anak-anak saya dan juga pola baju buat istri saya.

Setibanya di tanah air, saya membuat bermacam-macam pakaian buat anak-anak saya. Sayangnya hingga kini aku tak pernah membuat pakaian untuk istri saya selain beberapa kaftan. Soalnya membuat pakaian untuk perempuan dewasa teramat rumit. Menyerah deh aku. Untungnya istri saya tidak pernah mengomel. At least not verbally, tapi dalam hatinya mungkin juga dia kecewa.

Setelah 5 tahun dipergunakan, si Singer Futura mulai ngadat. Pusat Singer di Jakarta tidak sanggup memperbaikinya. Karena masa garansi berlaku selama 10 tahun, maka saya disarankan untuk menghubungi Singer Australia. Setelah memahami permasalahan yang saya uraikan dalam surat saya (waktu itu belum ada e-mail), Singer Australia secara gratis mengirimkan komponen yang harus diganti.

Kembali Singer Jakarta angkat tangan untuk memasang komponen tersebut. Jadi terpaksa saya sendiri yang harus memasangnya. Alhasil,hidup kembalilah Singer Futura kesayangan saya.

Pada akhir tahun 1997 gelang karet penggeraknya putus. Dicari kemana-mana tak ada penggantinya. Singer Australia dan Inggris yang saya hubungi via e-mail, menyatakan bahwa produk tersebut sudah tidak diproduksi lagi dan komponennya tidak ada lagi dalam persediaan. Maklum ketika itu produk tersebut dilaunce sekitar 20 tahun lalu. Terpaksa saya beli mesin jahit baru. Kembali aku pilih yang bermerk Singer. Yang ku pilih adalah tipe Sigma yang memiliki features yang cukup lengkap untuk kebutuhan saya, meski tidak se-sophisticated Singer Futura.

Kini aku sudah lama pensiun. Waktu yang terluang juga makin banyak. Anak-anak pun semua sudah berkeluarga. Jadi tinggal giliran cucu-cucu sayalah yang kini ku buatkan baju baru. Sayangnya untuk memperoleh kain buat pakaian anak-anak agak sukar di Jakarta. Jadi baru kalau ke Bandung ku sempatkan untuk membelinya. Corak yang tersedia juga terbatas, sehingga terpaksa membuat baju yang coraknya serupa untuk cucu-cucu saya yang jumlahnya ada empat dan semuanya perempuan.

Demikianlah pengalaman saya tentang jahit menjahit.

Tapi sekali lagi: “Please, …… tolong! Aku mohon sangat! Bagian awalnya jangan dibaca berulang kali!”
Dr. Margono M. Amir's Site

Komentar

Anonim mengatakan…
Salam kenal. Sangat menarik sekali membaca artikel Anda tentang "Saya dan Menjahit" yang mengisahkan pengalaman seorang dokter dalam menjahit pantalonnya pertama kali. Menjahit biasanya menjadi daya tarik bagi wanita, tapi kalau menjahit bisa menjadi daya tarik juga bagi kaum pria, apalagi yg berpendidikan tinggi, itu suatu hal yang luar biasa. Sungguh menggembirakan jika ternyata hobi menjahit diminati berbagai kalangan, dan pastinya hobi menjahit itu membawa manfaat bagi yang melakukannya. Semoga artikel ini dapat membuka pandangan baru bagi banyak orang tentang manfaat menjahit. Suatu hal yang jarang terjadi sangat menarik untuk dibaca. Salut untuk Anda.

Postingan populer dari blog ini

Penggalan Novel Ayat-Ayat Cinta

Khalifah Islam Pemberi Keadilan Dan Keamanan

Info Islam